WARNA KEHIDUPAN: SEJARAH SASTRA INDONESIA. Pengertian Sejarah. Bila sebut Nafas orang tahu,iaitu angin yang keluar masuk daripada lubang hidung dan mulut (daripada luar tubuh kedalam tubuh)Kalau mengikut pengertian saintifik Bila sebut Nafas orang tahu,iaitu angin yang keluar masuk. Adalah warna tergelap dalam warna gerejawi yang menunjukan penyesalan dan pertobatan yang sungguh-sungguh. Pohon pinus adalah simbol lama dalam budaya Eropa untuk kehidupan bahkan di tengah-tengah kondisi yang sulit. Sebagai sebuah bahan perenungan, bagaimana mengambil kesimpulan mengenai warna dalam kehidupan? Kesuksesan adalah hak setiap orang dalam kehidupan. Kupas Tuntas Tentang Apa Itu Pengertian Akademik! Pelajaran sejarah tidak asing lagi bagi siapa pun lulusan atau tamatan sekolah menengah atas (SMA). Akan tetapi, ilmu sejarah di Indonesia terbilang tidak popular. Usianya juga relatif masih muda kalau dihitung dari pertumbuhannya pada akhir tahun 1. Padahal manfaatnya sering dikatakan penting oleh para ahli dan penguasa. ![]()
![]() Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat, marah dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat. Pengertian Warna Menurut Para Ahli. Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang. Misalnya, sering terdengar slogan “ jangan melupakan sejarah “ dalam pidato politik. Maksudnya agar masyarakat mau belajar dari pengalaman masa lampau dengan harapan memperoleh masa depan yang lebih baik. Namun, pada kenyataannya, menurut Kuntowijoyo (1. Mereka berkeyakinan demi tertib dunia masa sekarang dan masa datang manusia memerlukan berbagai disiplin ilmu, termasuk sejarah. Disiplin sejarah, bersama dengan berbagai disiplin humaniora /yang lain, serta disiplin- disiplin social, diperlukan demi pemanusiaan (hominisasi) dan pembudayaan (humanisasi) umat manusia. Contoh klasik adalah biografi Ir. Soekarno yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno penyambung lidah rakyat Indonesia (1. Kemudian terbitlah biografi Hatta, Soeharto, Adam Malik, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, P. Ojong, Titiek Puspa, dan lain- lain. Penulisan biografi tokoh nama pun pasti berdasarkan anggapan dan kesadaran bahwa ada banyak hal yang penting dari sang pribadi dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat zamannya. Apabila pengalaman itu disusun dan ditulis dengan pendekatan tertentu maka jadilah apa yang disebut sejarah. ![]() Dalam pengantar Babad Tanah Jawi (Rochyatmo dkk, 2. Babad adalah cerita rekaan yang berdasarkan cerita sejarah. Perpaduan antara keintiman dan erotis atau menjurus pengertian yang mendalam dan peka. Hal positif dari warna ini adalah memiliki daya tarik dan kekuatan dalam kehidupan. Dari segi negatifnya, warna. Pengertian Antropologi Kesehatan Menurut Para Ahli.banyak yang berpindah ke studi lintas budaya sistim medis, bioekologi dan faktor-faktor sosio-budaya yang mempengaruhi timbulnya kesehatan dan penyakit. ![]() Istilah ini juga dipakai dalam makna yang sama dalam kesussastraan berbahasa Sunda, Bali, Lombok, dan Madura. Babad merupakan salah satu genre di antara sekian banyak karya sastra Jawa yang mengisahkan cerita sejarah. Sasarannya adalah asal- usul, pertumbuhan, dan perkembangan kelompok masyarakat setempat. Oleh filsuf Aristoteles, kata tersebut diartikan sebagai suatu pertelaan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, entah susunan kronologi merupakan factor atau tidak dalam pertelaan. Pengetahuan itu masih tetap hidup dalam bahasa Inggris dengan sebutan “natural history”. Namun, dalam perkembangan kemudian, kata latin “scienta” lebih sering dipergunakan untuk menyebut pertelaan sistematis nonkronologis mengenai gejala alam, sedangkan historia biasanya dipergunakan untuk pertelaan mengenai gejala- gejala (terutama hal- ihwal manusia) dalam urutan kronologis. Dalam bahasa Jerman terdapat kata”Geschichte” dari kata “geschehen (=terjadi) yang selanjutnya sering dipakai untuk pengertian pelajaran sejarah. Dalam pengertian itu, tergambar ketidak kemungkinan masa lampau umat manusia untuk direkonstruksi. Sebab, pengalaman umat manusia di masa lampau sangat banyak untuk diingat kembali, direkam, dan dicatat, apalagi direkonstruksi. Dengan kata lain, masa lampau manusia untuk sebagian besar tidak dapat ditampikan kembali. Sejarah berusaha memperoleh pendekatan kepada kebenaran masa lampau sedekat- dekatnya, sejauh dapat dicapai dengan koreksi terus- menerus terhadap gambaran mental dan sekaligus mengakui kenyataan bahwa kebenaran itu telah lenyap. Dengan kata lain, tujuan sejarawan adalah gambaran objektif masa lampau yang sedekat- dekatnya dengan realitas berdasarkan sejumlah sember yang dapat diprtanggung jawabkan kebenarannya. Semua itu harus teruji kebenarannya sehingga relevan untuk menyusun gambaran masa lampau yang mendekati objektif. Selanjutnya, gambaran itu harus di paparkan secara tertulis dengan kaidahpenulisan karya ilmish agar berbeda dengan karya fiksi, seperti roman atau novel sejarah. Setiap bidang masih dapat dibatasi lagi pada objek yang spesifik. Tentu saja pendalaman dan pengembangannya menjadi tanggung jawab profesi dimasa depan. Akan tetapi, pantas dicatat bahwa sarjana sastra tidak harus menjadi sejarawan lebih dahulu untuk menulis sejarah sastra. Analog dengan hal itu, sarjana sastra tidak harus menjadi sosiologlebih dahulu untuk meneliti aspek social karya sastra. Sarjana satra pun tidak harus menjadi psikolog untuk mengkaji aspek psikologis tokoh- tokoh cerpen, novel atau roman akan tetapi, sarjana sastra harus memahami prinsip- prisip sosiologi, psikologi, antropologi, filsafat, sejarah, dan lain- lain yang merupakan ilmu Bantu pengkajian sastra. Sejarah Sastra. Sejarah sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa,misalnya sejarah sastra Indonesia. Objek sejarah sastra adalah segala peristiwa yang terjadi pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Dalam Pengantar Ilmu Sastra(Luxemburg,1. Jadi,Sejarah sastra meliputi poenulisan perkembangan sastra dalam arus sejarah dan didalam konteksnya. Perhatian para ahli sastra di Eropa terhadap sejarah sastra muncul pada abad ke- 1. Romantik yang menghubungkan segal esuatu dengan masa lampau suatu bangsa. Adapun Dasarnya adalah fiisafat positivisme yang bertolak pada prinsip kausalitas,Yaitu segala sesuatu dapat diterangkan bila sebabnya dapat dilacak kembali. Tokoh yang berpengaruh besar terhadap pandangan tersebut adalah Hypolyte Taine (1. Pandanganya menegaskan bahwa seorang pengarang dipengaruhi oleh ras,lingkungan,dan momen atau saat. Ras adalah apa yang diwarisi manusia dalam jiwa dan raganya.,Lingkungan meliputi keadaan alam dan social,sedangkan Momen adalah situasi sosio- politik pada zaman tertentu. Ahli sejarah sastra jerman,Wilhelm Scherer (1. Das Ererbte (warisan)2. Das Erlebte (pengalaman)3. Das Erlernte (hasil proses)Penerapanya menuntut kerja sama yang erat antara ahli fisiologi,psikologi,linguistic,dan sejarah kebudayaan. Dia menegaskan bahwa seorang penulis sejarah sastra harus mampu menyelami seluruh kehidupan manusia,baik jasmani maupun rohani,dalam kebertautan yang kausal. Positivisme telah berjasa terhadap penulisan sejarah sastra yang menghubungkan perkembangan sastra dengan kejadian- kejadian didalam bidang sejarah,politik,dan social dengan kecenderungan terhadap data pengarang dan karya mereka disertai komentar evaluative si penulis. Pada perkembangan kemudian(awal abad ke- 2. Formalisme dipelopori oleh dua tokoh ilmuwan rusia,Sjklovski dan Joeri Tynjanov yang menekankan perkembangan sastra intern. Mereka berpendapat bahwa pengamatan atau penerapan berkaitan dengan automatisme. Artinya,Pengamatan terhadap suatu objek secara terus menerus akan menghasilkan penilaian yang klise sehingga obyek itu sendiri justru tidak kelihatan atau tidak dikenal lagi. Sjklovski Berpendapat bahwa tugas khas kesenian adalah mengajak manusia memandang dunia yang melingkunginya deangan suatu cara baru. Joeri Tynjanov Memandang karya sastra sebagai suatu system dan menekankan pada fungsi berbagai unsur didalam system itu. Adapun pandanganya mengenai perkembangan sastra relative sama dengan Sjklovski mengenai Automatisasi. Prinsipnya,perkembangan sastra harus dihubungkan dengan system- sistem lain didalam perkembangan masyarakat. Pada Tahun 1. 94. Vodicka menulis teori penulisan sejarah sastra yang mencakup tiga tugas utama,yaitu: 1)Analisis objektif terhadap teks sastra sehingga diperoleh efek estetik dengan mempertimbangkan kemungkinan perubahan yang terjadi melalui perbandinganberbagai karya sastra. Penulisan sejarah sasta bersangkutandengan riwayat terjadinya sebuah karya dalam hubunganya dengan dunia pengarang dan realitas social. Dasarnya adalah Pandangan Tynjanov dan Jakobson yang menyatakan bahwa karya sastra merupakan kenyataan social karena diciptakn oleh manusia yang pasti terikat dengan kehidupan social dan cultural. Penelitian Resepsi karya sastra yang terbuka kemungkinan berubah karena pengaruh subyektifitas pembaca dan perubahan kebudayaan. Resepsi adalah penerimaan atau pemahaman pembaca terhadap karya sastra tertentu berdasarkan konsep atau pandangan yang berlaku. Berdasarkan ringkasan tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa penulisan sejarah sastra bukan masalah yang sederhana. Dengan mengacu kepada teori klasik itu saja sudah tampak kerumitanya. Namun,hal itu tidak boleh mengurangi semangat siapapun yang brminat terhadap pengkajian sejarah sastra untuk mempelajari secara bertahap. Sejarah Sastra Indonesia. Perhatian masyarakat sastra Indonesia terhadap masalah sejarah kebudayaan,termasuk sastra,telah tampak sejakal pertumbuhan sastra Indonesia di tahun 1. Polemik kebudayaansuntingan Achdiat K. Miharjo (1. 97. 7). Polemik yang berkembang antara tokoh- tokoh S. Takdir Alisjahbana, Sanusi Pane,Poerbatjaraka,M. Amir,Ki Hajar Dewantara,Adinegoro dan lain- lain memang tidak secara khusus memperdebatkan konsep kesustraaan Indonesia, tetapi telah memperlihatkan kesadaran mereka terhadap sejarah kebudayaan Indonesia. Takdir Alisjahbana berpendapat bahwa sebutan Indonesia telah dipergunakan secara luas dan kabur sehingga tidak secara tegas menunjuk pada semangat keindonesiaan yang baru sebagai awal pembangunan kebudayaan Indonesia raya. Menurut Takdir,semangat keindonesiaan baru berkiblat kebarat dengan menyerap semangat atau jiwa intelektualnya agar wajahnya berbeda dengan masyarakat kebudayaan pra- Indonesia. Namun,pendapat yang teoritis itu dikritik oleh Sanusi Pane yang berpendapat bahwa ke. Indonesiaan itu sudah ada sejak sekian abad yang silam dalam adat dan seni. Yang belum terbentuk adalah natie atau bangsa Indonesia,tetapi perasaan kebangsaan itu sebenarnya sudah ada. Menurut Sanusi Pane,Kebudayaan barat yang mengutamakan intelektualitas untuk kehidupan jasmani tidak dengan sendirinya istimewa karena kehidupan jasmani telah dimanjakan oleh alam yang serba memberikan kemudahan. Poerbatjaraka berpendapat bahwa sambungan kesejahteraan itusudah ada dan tidak boleh diabaikan. Lintasan pendapat itu mengisyaratkan kesadaran para tokoh intelektual Indonesia tahun 1. Adapun kesadran terhadap sejarah sastra Indonesia makin tampak pada tahun 1. S. Takdir Alisjahbana menulis puisi baru (1. H. B. Jassin menyusun antologi Gema Tanah Air(1.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
September 2017
Categories |